Pernahkah Anda melihat orang yang Anda sayangi tiba-tiba mengalami patah tulang spontan tanpa gejala apa-apa sebelumnya ? Jika pernah, itulah yang disebut dengan penyakit osteoporosis. Ya, penyakit osteoporosis sering disebut silent epidemic disease karena tidak menimbulkan gejala hingga terjadi patah tulang. Osteoporosis adalah kondisi tulang yang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah, karena kekurangan kalsium. Trus, bagaimana caranya mendapatkan kalsium ?
Kalsium merupakan jenis mineral yang termasuk dalam golongan makronutrisi. Oleh sebab itu, kebutuhan nutrisi kalsium dalam tubuh harus berjumlah relatif besar. Mengapa demikian? Sebab, kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, membantu proses pembekuan darah dan fungsi otot, sebagi katalisator berbagai proses biologis dalam tubuh, serta mempertahankan fungsi membran sel.
Kebutuhan kalsium setiap usia berbeda-beda. Orang yang berusia 19-50 tahun memerlukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari. Sementara bagi yang berusia di atas 51 tahun, memerlukan kalsium lebih banyak lagi yaitu 1200 mg/hari.
Menurut data BPS, rata-rata konsumsi kalsium orang Indonesia adalah sekitar 254 mg/hari. Padahal saat tubuh mulai kekurangan kalsium, maka tubuh akan mengambil cadangannya dari tulang. Semakin banyak kalsium yang diambil, maka tulang akan menjadi semakin tipis dan kemudian keropos. Hal itu akan terus berlanjut hingga terjadi osteoporosis.
Oleh sebab itu, mulai usia dini hingga usia 30 tahun, sebaiknya setiap orang sudah mulai serius “menabung” kalsium dalam tulang. Pada usia ini tulang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Sebab, setelah melewati usia 30 tahun, massa tulang akan menurun secara alamiah. Hal ini dikarenakan, kecepatan perusakan tulang lebih cepat daripada kecepatan perbaikan tulang. Oleh sebab itu, jika tidak banyak “menabung” kalsium dalam tulang, seseorang akan terkena keropos tulang atau disebut juga osteoporosis.
Perhatian pada tulang hendaknya tidak ditujukan pada massa-nya saja, fungsi persendian yang baik hendaknya juga patut dijaga mengingat pertambahan usia diikuti pula oleh menurunnya kondisi tubuh termasuk persendian. Untuk itu, memerhatikan asupan dan menggunakan produk untuk menjaga kondisi sendi menjadi hal yang dapat dilakukan.
Bagaimana Tindakan Selanjutnya ?
Tindakan yang paling tepat untuk menghadapi kemungkinan terkena osteoporosis, adalah dengan melakukan pencegahan sejak dini. Pencegahan perlu ditekankan karena jika tulang sudah mengalami osteoporosis, maka kita hanya dapat menjaganya agar tidak bertambah parah, tanpa dapat mengobatinya secara total. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara mulai “menabung” kalsium dari berbagai sumber yang tepat.
Berdasarkan sumbernya, mineral kalsium dapat dibagi menjadi dua, yaitu kalsium organik dan non-organik. Kalsium organik relatif lebih baik dan lebih aman dibandingkan kalsium non-organik yang merupakan produk kimia/sintetik/buatan. Sementara kalsium organik didapat dari sumber-sumber alami seperti misalnya coral atau biota laut atau juga dari berbagai sumsum tulang hewani.
Idealnya, kalsium juga dapat diperoleh dari gizi yang terdapat dalam menu makanan sehari-hari, seperti tempe, tahu, bayam, daun talas, daun melinjo, rebon kering, udang kering, teri kering, brokoli, dan sebagainya.
Selain itu, kita juga dapat menambah kalsium dari susu. Ada berbagai macam pilihan jenis susu yang banyak mengandung kalsium. Apalagi sekarang banyak beredar susu kalsium. Namun, banyak anggapan bahwa susu dapat membuat gemuk, membuat orang mencari jalan lain untuk mendapatkan kalsium. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi suplemen.
Jika memang akhirnya suplemen yang dipilih sebagai sumber tambahan kalsium, perhatikanlah zat tambahan selain kalsium pada suplemen tersebut. Sebab, zat-zat non-kalsium dalam suplemen tersebut bisa jadi dapat menimbulkan efek samping. Oleh sebab itu, konsumen harus memperhatikan betul labelnya, apakah produk suplemen tersebut sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Sebaiknya memang kita mulai “menabung” dan menambah asupan kalsium dari bahan-bahan alami organik yang sudah jelas diteliti mengandung kalsium yang sangat tinggi dan aman untuk organ-organ tubuh sensitif seperti ginjal. Selain itu harus diperhatikan juga apakah kalsium itu mudah diserap oleh tubuh atau hanya sekedar lewat saja. Dipastikan juga apakah kalsium tersebut bisa memenuhi kebutuhan kalsium sesuai standar Internasional (1000-1200 mg/hari) dalam waktu singkat atau perlu waktu lama untuk mendapatkan efek positif dari produk kalisum tersebut, karena jika membutuhkan waktu lama dikhawatirkan percepatan yang dibutuhkan tulang untuk me-recovery kebutuhan kalsiumnya masih kalah cepat dengan proses perusakan tulang akibat faktor usia. Selain itu juga karena keterlibatan hormonal dan enzim juga merupakan faktor penting terserapnya produk kalsium yang dikonsumsi, penting untuk diperhatikan apakah produk tersebut bisa dengan mudah berikatan dengan sejumlah hormon dan enzim dalam tubuh atau tidak. Pada produk yang dicampur dengan bahan sintetik akan lebih sulit berikatan dengan zat-zat aktif dalam tubuh tersebut.
Selain “menabung” kalsium dari berbagai sumber, sebaiknya kita juga mulai menghindari pola hidup yang buruk seperti, merokok, minum kopi, minum alkohol, dan minum minuman bersoda. Jangan lupa juga untuk mengatur pola makan sehat, sering-sering terkena matahari, dan rajin berolahraga. Semua itu dilakukan agar tubuh kita tetap kokoh hingga dapat menikmati hari tua dengan sehat dan kuat.
Sumber :
dr Nasir
Kalsium merupakan jenis mineral yang termasuk dalam golongan makronutrisi. Oleh sebab itu, kebutuhan nutrisi kalsium dalam tubuh harus berjumlah relatif besar. Mengapa demikian? Sebab, kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, membantu proses pembekuan darah dan fungsi otot, sebagi katalisator berbagai proses biologis dalam tubuh, serta mempertahankan fungsi membran sel.
Kebutuhan kalsium setiap usia berbeda-beda. Orang yang berusia 19-50 tahun memerlukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari. Sementara bagi yang berusia di atas 51 tahun, memerlukan kalsium lebih banyak lagi yaitu 1200 mg/hari.
Menurut data BPS, rata-rata konsumsi kalsium orang Indonesia adalah sekitar 254 mg/hari. Padahal saat tubuh mulai kekurangan kalsium, maka tubuh akan mengambil cadangannya dari tulang. Semakin banyak kalsium yang diambil, maka tulang akan menjadi semakin tipis dan kemudian keropos. Hal itu akan terus berlanjut hingga terjadi osteoporosis.
Oleh sebab itu, mulai usia dini hingga usia 30 tahun, sebaiknya setiap orang sudah mulai serius “menabung” kalsium dalam tulang. Pada usia ini tulang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Sebab, setelah melewati usia 30 tahun, massa tulang akan menurun secara alamiah. Hal ini dikarenakan, kecepatan perusakan tulang lebih cepat daripada kecepatan perbaikan tulang. Oleh sebab itu, jika tidak banyak “menabung” kalsium dalam tulang, seseorang akan terkena keropos tulang atau disebut juga osteoporosis.
Perhatian pada tulang hendaknya tidak ditujukan pada massa-nya saja, fungsi persendian yang baik hendaknya juga patut dijaga mengingat pertambahan usia diikuti pula oleh menurunnya kondisi tubuh termasuk persendian. Untuk itu, memerhatikan asupan dan menggunakan produk untuk menjaga kondisi sendi menjadi hal yang dapat dilakukan.
Bagaimana Tindakan Selanjutnya ?
Tindakan yang paling tepat untuk menghadapi kemungkinan terkena osteoporosis, adalah dengan melakukan pencegahan sejak dini. Pencegahan perlu ditekankan karena jika tulang sudah mengalami osteoporosis, maka kita hanya dapat menjaganya agar tidak bertambah parah, tanpa dapat mengobatinya secara total. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara mulai “menabung” kalsium dari berbagai sumber yang tepat.
Berdasarkan sumbernya, mineral kalsium dapat dibagi menjadi dua, yaitu kalsium organik dan non-organik. Kalsium organik relatif lebih baik dan lebih aman dibandingkan kalsium non-organik yang merupakan produk kimia/sintetik/buatan. Sementara kalsium organik didapat dari sumber-sumber alami seperti misalnya coral atau biota laut atau juga dari berbagai sumsum tulang hewani.
Idealnya, kalsium juga dapat diperoleh dari gizi yang terdapat dalam menu makanan sehari-hari, seperti tempe, tahu, bayam, daun talas, daun melinjo, rebon kering, udang kering, teri kering, brokoli, dan sebagainya.
Selain itu, kita juga dapat menambah kalsium dari susu. Ada berbagai macam pilihan jenis susu yang banyak mengandung kalsium. Apalagi sekarang banyak beredar susu kalsium. Namun, banyak anggapan bahwa susu dapat membuat gemuk, membuat orang mencari jalan lain untuk mendapatkan kalsium. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi suplemen.
Jika memang akhirnya suplemen yang dipilih sebagai sumber tambahan kalsium, perhatikanlah zat tambahan selain kalsium pada suplemen tersebut. Sebab, zat-zat non-kalsium dalam suplemen tersebut bisa jadi dapat menimbulkan efek samping. Oleh sebab itu, konsumen harus memperhatikan betul labelnya, apakah produk suplemen tersebut sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Sebaiknya memang kita mulai “menabung” dan menambah asupan kalsium dari bahan-bahan alami organik yang sudah jelas diteliti mengandung kalsium yang sangat tinggi dan aman untuk organ-organ tubuh sensitif seperti ginjal. Selain itu harus diperhatikan juga apakah kalsium itu mudah diserap oleh tubuh atau hanya sekedar lewat saja. Dipastikan juga apakah kalsium tersebut bisa memenuhi kebutuhan kalsium sesuai standar Internasional (1000-1200 mg/hari) dalam waktu singkat atau perlu waktu lama untuk mendapatkan efek positif dari produk kalisum tersebut, karena jika membutuhkan waktu lama dikhawatirkan percepatan yang dibutuhkan tulang untuk me-recovery kebutuhan kalsiumnya masih kalah cepat dengan proses perusakan tulang akibat faktor usia. Selain itu juga karena keterlibatan hormonal dan enzim juga merupakan faktor penting terserapnya produk kalsium yang dikonsumsi, penting untuk diperhatikan apakah produk tersebut bisa dengan mudah berikatan dengan sejumlah hormon dan enzim dalam tubuh atau tidak. Pada produk yang dicampur dengan bahan sintetik akan lebih sulit berikatan dengan zat-zat aktif dalam tubuh tersebut.
Selain “menabung” kalsium dari berbagai sumber, sebaiknya kita juga mulai menghindari pola hidup yang buruk seperti, merokok, minum kopi, minum alkohol, dan minum minuman bersoda. Jangan lupa juga untuk mengatur pola makan sehat, sering-sering terkena matahari, dan rajin berolahraga. Semua itu dilakukan agar tubuh kita tetap kokoh hingga dapat menikmati hari tua dengan sehat dan kuat.
Sumber :
dr Nasir