

Jakarta  - Aroma wangi bawang putih disukai banyak orang. Apalagi bawang ini  bisa membuat makanan jadi lebih enak. Tetapi banyak juga orang yang  tidak suka aroma tajamnya. Selain banyak khasiatnya, bawang ini juga  bisa mencegah kerusakan sel hati. 
Bawang putih  merupakan tanaman dari Genus Allium yang digunakan hampir di setiap  makanan. Pada bawang putih mentah terdapat senyawa-senyawa sulfur,  termasuk zat kimia yang disebut allicin yang membuat bawang ini terasa  getir atau angur.
Dalam 100 gram bawang putih,  terkandung 71 gram air, 23,1 gram hidrat arang, 4,5 gram protein, 0,20  gram lemak, 0,22 miligram vitamin B1, 15 miligram vitamin C, 134  miligram fosfor, 42 miligram kalsium, dan 1 miligram zat besi. 
Sejumlah  penelitian juga menyebutkan, bahwa kandungan senyawa sulfur, allicin  dan sulfida diallyl atau diallyl trisulfide pada bawang putih ini bisa  dijadikan sebagai obat alamisekaligus sebagai antibiotik dan antioksidan  alami. 
Para ilmuwan menguji senyawa diallyl  trisulfide pada bawang putih yang diberikan pada tikus yang berisiko  mengalami kerusakan hati akibat tersumbatnya arteri koroner. Pengobatan  yang dilakukan sebelum aliran darah dipulihkan ini, menunjukkan adanya  perbaikan hampir 2/3 pada jaringan hati yang rusak. 
Sebab,  senyawa diallyl trisulfide ini menghasilkan hidrogen sulfida rendah  yang diketahui bisa melindungi jaringan pada hati. Para peneliti dari  Emory University School of Medicine di Amerika mengubah diallyl  trisulfide, senyawa dari minyak bawang putih, menjadi zat yang bisa  menghasilkan hidrogen sulfida yang juga baik buat jantung. 
Umumnya,  gas mudah berubah dan tidak stabil sehingga sulit untuk digunakan  sebagai alat terapi karena harus disuntikkan. Dengan adanya temuan ini,  maka minyak bawang putih bisa dimakan langsung. Para dokter bisa  menggunakan diallyl trisulfide dalam banyak situasi sebagaimana temuan  para peneliti mengenai penggunaan hidrogen sulfida.
Menurut  profesor dari Emory University School of Medicine, David Lefer, timnya  sedang melakukan penelitian mengenai obat aktif yang menghasilkan  hidrogen sulfida yang bisa diminum. "Hal ini bisa menghindarkan kita  dari penyuntikan obat yang mengandung sulfida di luar situasi gawat  darurat,” katanya. 
Para peneliti menutup  aliran arteri koroner tikus selama 45 menit, mensimulasi serangan  jantung, dan memberi para tikus tersebut diallyl trisulphide sesaat  sebelum aliran darah dipulihkan. Hasilnya, senyawa tersebut bisa  menurunkan proporsi kerusakan jaringan jantung di area yang berisiko  hingga 61%, dibandingkan dengan hewan yang tidak diobati.
Namun,  temuan yang dipresentasikan pada Rabu, 16 November 2011 di pertemuan  American Heart Association's Scientific Sessions di Orlando, Florida  ini, memerlukan riset lebih lanjut lagi. 'Karena untuk mengetahui  kemampuan senyawa diallyl trisulphide yang baik untuk jantung ini perlu  riset lebih dalam lagi', demikian ungkap para peneliti. 
 
 
 
 
 
 
 


